Sunday, April 22, 2007

Fenomena "Njiplak" Mania

This is My second first post *_*;

I try to talk about sebuah fenomena yang sekarang ini lagi in and mewabah banget dalam dunia pertelevisian, persinetronan tepatnya, di negri tercinta ini. Sebenernya sih, bukan hal yang membanggakan untuk dibicarakan, memalukan malah. Setidaknya itu yang aku rasakan.

Gimana ngga, suatu bagian dari sebuah dunia yang besar yang punya pengaruh yang lumayan cukup besar di masyarakat, yang seharusnya bisa ngasih contoh yang baik buat masyarakat, tapi malah ngajar hal ngga bagus begini. Kalo dipikir-pikir sayang banget kan?

Banyak production house membuat cerita "saduran" dari negri orang (tapi dalam pikiranku sih njiplak!). Awalnya sih cuma ada beberapa, yang menurutku patut banget disayangkan cos dari yang "cuma beberapa" ini memicu menjamurnya "cuma beberapa" yang semakin tambah banyak alias jadi ngga cuma beberapa lagi (banyak/red). Dan patut disayangkan lagi, beberapa stasiun teve lalu mulai bersaing untuk memproduksi dan menayangkan cerita-cerita "saduran" ini. Akibatnya di teve sekarang ini mata kita dimanjakan dengan banyak banget cerita-cerita "saduran" itu. Awalnya sih, yang "disadur" hanya serial atau film yang sudah pernah ditayangkan dan mbooming disini, tapi lama kelamaan merambat sampai yang belum pernah tayang disini yang aku yakin banyak sekali masyarakat awam yang belum tahu mengenai "keberadaan" cerita itu di negri orang, yang selanjutnya orang-orang yang nonton akan berpikir kalau itu hasil karya sendiri. Kalau dipikir-pikir nih, apa itu namanya bukan "mencoba" membohongi?? Kalau memang ngga berniat untuk "berbohong" kan seharusnya para calon penontonnya diberi pemberitahuan sebelumnya, kalau karya yang mereka produksi itu saduran.

Kalau sudah begini, apa namanya bukan mematikan kreativitas script writer dalam negri??

Padahal negara-negara yang bisa maju dunia perfilmannya dan bisa diterima dunia kan mereka-mereka yang mengandalkan otentisitas (bener ngga istilahnya?) karya-karyanya. Mereka punya ciri khas sendiri-sendiri. Contoh saja Cina, India. Kalau sudah njiplak, dimananya yang otentik? Dengan njiplak kan secara tidak langsung kita mengadaptasi budaya yang dijiplak.

Apalagi dengan image yang sudah terbentuk dan mendarah daging yang menganggap bahwa asia (kita-kita ini)levelnya ada di bawah. jadi kalau kita ingin dilirik, kita harus punya sesuatu yang beda. Nah, kalau sudah nyontek, perbedaan apa yang bisa ditawarkan? sayang banget kan.

No comments: